Perjalanan hidup kadang membingungkan. Pada titik tertentu, hidup bisa menjadi begitu berantakan, bahkan bertolak belakang dengan prediksi atau cita-cita kita. Walau demikian, orang percaya akan memercayakan hidupnya dalam tangan Allah.
Dalam daftar keturunan Benyamin terdapat kisah tentang Saharaim. Ia melakukan poligami, mendapat dua anak, menceraikan istri-istrinya, lalu menikah lagi dan mendapat tujuh anak di tanah Moab yang kelak menjadi kepala puak dalam suku Benyamin (8-11).
Kisah perceraian dan poligami terkadang dicatat dalam PL tanpa komentar yang bersifat kritis. Hal ini bukan hendak menunjukkan bahwa Allah tidak memandang serius hal itu. Jika kita melihat pada Kitab Suci, Allah membenci perceraian (lih. Mal 2:15). Kalau Musa mengizinkan perceraian, itu karena ketegaran hati orang Israel (lih. Ul 24:1-4; Mat 19:8).
Sekalipun perceraian tercatat dalam silsilah, bukan berarti Allah mengizinkannya. Dalam perceraian yang terjadi, Allah tetap menunjukkan pemeliharaan-Nya, seperti terhadap suku Benyamin.
Dari kisah ini kita dapat memahami bahwa sekalipun hal yang buruk terjadi dalam kehidupan seseorang, terdapat tujuan besar dalam pemeliharaan nasib suatu kaum. Sekalipun keretakan terjadi dalam keluarga Saharaim, keturunannya mendirikan Kota Ono dan Kota Lod beserta anak kotanya (12). Hancurnya kehidupan dalam sebuah keluarga tidak membuat Allah berhenti bekerja dalam menyatakan kedaulatan-Nya.
Sering kali dalam kehidupan yang kita jalani, ketika tragedi terjadi, kita berputus asa dan kehilangan pengharapan. Jika kita melihat kisah Saharaim dari suku Benyamin ini, kita dapat melihat bahwa Allah berdaulat sepenuhnya dalam jalannya sejarah kehidupan manusia.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui masa depan, termasuk orang percaya. Namun, saat hidup kita membingungkan sekalipun, firman Tuhan mengajak kita untuk melihat bukti pemeliharaan Allah yang sempurna bagi suatu bangsa, suku, keluarga, dan bahkan diri kita secara pribadi. [PMS]
(Renungan Santapan Harian edisi Sabtu 5 Agustus 2023)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar