script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-7769287302109830 Belajar Pemahaman Alkitab Praktis: Agustus 2023

Jumat, 25 Agustus 2023

MELAYANI SECARA BERGILIRAN ( 1 TAWARIKH 24)


Bila pasal sebelumnya menunjukkan pembagian tugas orang Lewi, pasal 24 merupakan penjelasan tentang pembagian tugas para imam.


Para imam ini merupakan keturunan dari anak-anak Harun (1). Mereka mendapat tugas untuk menyelenggarakan ibadah (3). Mereka dibagi menjadi 24 kelompok untuk memimpin ibadah secara bergantian. Jadwal mereka ditetapkan melalui undian tanpa membeda-bedakan siapa pun (4-5).


Pembagian inilah yang membuat mereka tidak selalu berkesempatan untuk melayani di Bait Allah (bdk. Luk 1:8-9). Ada waktunya mereka harus tinggal di rumah karena nama mereka tidak keluar dalam undian untuk memimpin ibadah. Selama mereka tidak melayani di Bait Allah, mereka berada di kota kediaman mereka dan melayani di sana.


Melayani Tuhan dengan setia dan rajin adalah hal yang baik. Sayangnya, tidak semua orang melayani dengan alasan dan motivasi yang benar. Beberapa orang Kristen melayani Tuhan hanya untuk mengisi waktu kosong. Maka, ketika ia sibuk, ia enggan melayani. Beberapa yang lain melayani karena ingin menghindari pertengkaran dalam keluarga sehingga pelayanan menjadi pelarian. Ada juga yang melayani karena ingin mengaktualisasi diri. Akibatnya, mereka tidak mau melepaskan pelayanan karena mereka membutuhkannya untuk diri mereka sendiri. Hal ini membuat regenerasi sulit terjadi dan makin lama makin sedikit orang yang mau melayani.


Melalui firman Tuhan hari ini, kita diingatkan untuk bersedia melayani tanpa membeda-bedakan dan secara bergantian. Ada saatnya kita melayani, tetapi ada saatnya pula kita dilayani. Ada saatnya kita menjadi pengurus, tetapi ada saatnya juga kita menyerahkan kesempatan itu kepada yang lain. Ada saatnya kita memimpin, tetapi ada pula saatnya kita membiarkan diri kita dipimpin orang lain.


Kerendahan hati untuk mau melayani secara bergiliran akan memudahkan regenerasi para pelayan Tuhan dan membuat lingkungan pelayanan menjadi lebih sehat. Dengan demikian, kita semua melayani bersama-sama dengan iman yang dewasa di dalam Tuhan. [ABL]

(Renungan Santapan Harian edisi 25 Agustus 2023)

Rabu, 23 Agustus 2023

MEWARISKAN KETAATAN (1 TAWARIKH 22:2-19)


Orang Kristen pasti memiliki harapan agar anak-anak mereka dapat bertumbuh menjadi orang yang baik dan takut akan Tuhan. Kita berjuang dan bekerja keras untuk mewariskan sesuatu kepada keturunan kita. Sering kali arti warisan dipersempit menjadi benda-benda material saja, padahal yang terpenting adalah mewariskan ketaatan.


Daud tergerak untuk mendirikan Bait Suci bagi Tuhan. Memang Tuhan menghargai maksud baik Daud, tetapi Ia berkata bahwa bukan Daud yang akan mendirikan rumah bagi-Nya, melainkan Salomo.


Meskipun pembangunan itu akan dilakukan anaknya, Daud tidak diam dan bersikap masa bodoh, tetapi melakukan persiapan. Ia mengumpulkan orang-orang asing yang ada di Israel beserta para pemahat batu yang akan dipekerjakan (2). Material yang digunakan untuk membangun rumah Allah didatangkan dari segala penjuru negeri, yaitu besi, tembaga, kayu aras, dan lain sebagainya (3-4). Itu semua disediakannya untuk membantu Salomo (5).


Kepada anaknya, Salomo, Daud berpesan agar ia mendirikan rumah Allah sebagai tempat kediaman Allah dan tempat bangsa Israel menyembah Allah (6-10). Lebih dari sekadar tugas, Salomo diberi janji bahwa Allah akan menyertai pemerintahannya dan membuat pekerjaan pembangunannya berhasil. Atas janji inilah Salomo diperingatkan untuk selalu menaati Taurat Tuhan (11-13). Akhir kata, Daud mengingatkan anaknya untuk selalu mencari Tuhan. Dengan kata lain, Daud menasihatkan Salomo agar dia membangun pemerintahan yang berpusat pada Tuhan dan selalu bersyukur kepada-Nya.


Sebagaimana Daud mewariskan nilai-nilai ketaatan kepada Salomo, sudahkah kita melakukan hal yang sama kepada anak, keponakan, atau bahkan cucu kita?


Zaman yang dihadapi anak-anak berbeda dari zaman yang dialami oleh orang tua mereka. Namun, satu hal yang pasti adalah semua tantangan zaman dapat dihadapi dengan hidup yang berlandaskan pada Tuhan. Maka, selain menghidupi ketaatan kepada Allah dalam hidup kita sendiri, wariskanlah ketaatan itu kepada generasi penerus kita. [WDN]

(Renungan Santapan Harian edisi 23 Agustus 2023)

Selasa, 22 Agustus 2023

BERBALIK KEPADA ALLAH ( 1 TAWARIKH 21:18-22:1)


Setiap orang pernah melakukan kesalahan. Kadang kesalahan itu menyakiti orang-orang di sekitarnya dan bahkan Allah. Sayangnya, tidak semua orang memiliki kerendahan hati untuk mengakui dirinya bersalah, menyesal, dan memperbaiki kesalahannya.


Daud memang bersalah di hadapan Tuhan dengan memerintahkan bawahannya melakukan penghitungan kekuatan perang Israel. Tuhan bahkan memberikan tulah kepada Daud dan rakyat Israel. Tetapi, Daud sungguh-sungguh menyesali perbuatannya.


Tuhan melihat penyesalan Daud sehingga Ia memerintahkan Daud untuk mendirikan mazbah bagi-Nya di tempat pengirikan milik Ornan (21:18). Daud kemudian membeli tanah Ornan itu dengan 600 syikal emas. Setelah itu, didirikanlah mazbah Tuhan di sana. Dengan ketaatan, Daud melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan (21:19-26).


Ketika mazbah itu selesai didirikan, Tuhan menurunkan api dari langit ke atas mazbah tersebut sebagai tanda bahwa Ia menerima persembahan Daud (21:26, 28).


Setelah Daud selesai mempersembahkan kurban bakaran, Tuhan memerintahkan agar malaikat itu menyarungkan pedangnya; seketika itu juga tulah atas Israel berhenti. Mazbah itu menjadi tanda pendamaian antara Tuhan dan umat (22:1).


Kesalahan Daud diampuni dan Tuhan menghentikan tulah-Nya atas Israel. Peristiwa itu menjadi pelajaran penting bagi Daud untuk memerhatikan perbuatannya dengan sungguh-sungguh agar ia senantiasa diperkenan Allah.


Saat ini, kita diingatkan untuk wawas diri terhadap apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan. Barangkali apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang menguntungkan atau menyenangkan bisa saja merupakan kesalahan yang melukai orang di sekitar kita.


Sebagaimana Raja Daud yang dengan rendah hati menyadari kesalahannya dan segera berbalik kepada Allah, demikianlah kiranya kita juga waspada terhadap perbuatan kita, memohon ampun kepada Allah, serta melakukan apa yang baik seturut kehendak-Nya. [WDN]

(Renungan Santapan Harian edisi 22 Agustus 2023)

Senin, 21 Agustus 2023

HATI-HATI TERHADAP KESOMBONGAN (1 TAWARIKH 21:1-27)


Manusia sering kali merasa dirinya adalah satu-satunya yang penting dan berharga. Itulah dosa kesombongan yang dapat menghancurkan seseorang. Kebanggaan diri yang berlebihan menjadi pintu masuk yang efektif bagi si jahat untuk menjatuhkan orang-orang percaya. Demikian juga yang dialami Daud saat ia ingin mengetahui seberapa hebat kekuasaan yang dimilikinya.


Daud terbujuk oleh Iblis untuk menghitung orang Israel (1-2). Dalam bahasa modern, mungkin apa yang dilakukan Daud adalah sensus dan tidak terlihat sebagai hal yang salah. Namun, rupanya ada motif lain di balik penghitungan tersebut.


Daud mulai merasa bahwa kemenangannya adalah karena kedigdayaan pasukan Israel. Pada mulanya, Daud bersyukur kepada Tuhan atas kemenangan demi kemenangan. Akan tetapi, Iblis menggodanya untuk mengakui kemenangan itu sebagai hasil dari kehebatan dan strategi perang yang dimilikinya.


Yoab, bawahan Daud, sebenarnya sudah menyadari bahwa apa yang dititahkan oleh Daud sesungguhnya tidak dikehendaki Allah (3). Yoab tidak sejahtera dalam menerima tugas itu, tetapi ia tetap menjalankannya. Sampai selesainya proses pendataan itu, Yoab tetap digambarkan tidak menyetujui penghitungan tersebut (5-6). Pada akhirnya, Tuhan menghukum Daud dan bangsa Israel (7).


Alangkah cepatnya rasa syukur Daud berubah menjadi kesombongan. Demikianlah gambaran tentang betapa rapuhnya manusia, diri kita juga, terhadap godaan kesombongan. Selain mengakui Tuhan sebagai sumber pertolongan, kita juga harus menyadari bahwa segala keberhasilan dan pencapaian dalam hidup kita adalah pemberian Allah yang berkenan menyertai kita.


Sadarilah adanya karya Allah dalam hidup kita agar kita tidak mudah tergoda, apalagi terjatuh, dalam dosa kesombongan! Waspadalah apabila tercetus pemikiran, apalagi perkataan: "Kalau bukan karena saya, pelayanan ini tidak mungkin semaju ini."


Dalam kerapuhan kita, kiranya Roh Kudus senantiasa menuntun kita untuk mengakui kehadiran Allah dan setiap saat mengandalkan Dia. [WDN]

(Santapan Harian edisi 21 Agustus 2023)


Sabtu, 19 Agustus 2023

WAKTU ADALAH KRISTUS (EFESUS 5:1-21)



Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Efesus 5:16)

Pada saat kuliah, saya sempat diajar oleh seorang dosen yang telah berusia 81 tahun. Pada waktu saya bergabung dengan kelompok paduan suara gereja, salah seorang rekan sepelayanan saya adalah seorang kakek berusia 80 tahun. Saya juga berteman dengan seorang kakek berusia lebih dari 60 tahun yang memutuskan untuk mengambil studi lanjut di perguruan tinggi jurusan teologia. Bukan hanya berhenti di tingkat strata satu, beliau melanjutkan hingga strata dua. Alasan yang sama menjadi dasar bagi ketiganya: mengisi waktu dengan tindakan positif yang berkenan bagi Tuhan.

Paulus menggolongkan orang menjadi dua jenis: bebal dan arif, dengan melihat cara mereka memanfaatkan waktu. Orang bebal lebih senang menggunakan waktunya untuk mencari kesenangan diri, bukan kesenangan Tuhan. Mereka hidup dalam percabulan, kejahatan, keserakahan, kemabukan. Sementara orang arif menanggapi karya Roh Kudus dalam hatinya sehingga mereka memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan.

Paulus mengingatkan jemaat untuk memanfaatkan waktu dengan baik mengingat zaman ini adalah zaman yang jahat. Lagi pula bukankah waktu yang kita miliki adalah karunia Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan? Dengan demikian jelaslah bahwa waktu bagi kita bukan sekadar kesempatan untuk mencari kesenangan atau uang. Apalagi menjadikannya kesempatan untuk bermalas-malasan. Bagi seorang kristiani, waktu adalah Kristus: tidak ada waktu yang tidak dipergunakan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. --EBL/www.renunganharian.net

MENGINVESTASIKAN WAKTU BAGI KRISTUS MEMBERI KEUNTUNGAN KEKAL.

Jumat, 18 Agustus 2023

KEMENANGAN DALAM TUHAN (1 TAWARIKH 18)


Sebagai orang yang menjalani hidup di dunia, sering kali kita berhadapan dengan situasi dan kondisi yang memojokkan kita. Kadang tantangan dalam berbagai segi kehidupan membuat kita gentar, bahkan merasa tak berdaya. Dalam situasi demikian, kita perlu berpaling pada satu-satunya sumber kekuatan yang dapat memberi kita kemenangan, yakni Allah Pencipta alam semesta.


Bangsa Israel harus membangun kerajaan mereka di tengah situasi yang tidak mudah. Mereka dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan yang jauh lebih kuat. Bacaan kita kali ini menggambarkan Daud yang berjuang bagi rakyatnya untuk menghadapi berbagai bangsa di sekeliling Israel (1-6a, 11b-13a).


Walau pasukan Daud bukan pasukan yang terbesar, nyatanya Tuhan memberikan kemenangan kepada Daud (6b, 13b). Banyak hal diperolehnya dari kemenangan tersebut: kota musuh, upeti emas dan perak, sarana militer, hingga orang Aram dan orang Edom sebagai budak. Raja Hamat bahkan secara khusus menyatakan terima kasih kepada Daud dengan memberi emas, perak, dan tembaga karena Daud telah mengalahkan Hadadezer yang memusuhinya (9-10).


Di tengah kemenangan yang luar biasa itu, Daud selalu mencoba bersikap rendah hati dengan tidak meninggikan dirinya dan menyadari bahwa kemenangan itu adalah karunia Allah semata-mata. Sebagai wujud syukur, semua barang-barang itu ia khususkan bagi Tuhan (11a).


Mari kita juga menyadari bahwa di tengah pergumulan hidup, hanya Tuhan yang sanggup memberikan kelepasan dan kemenangan. Sebaliknya, saat kita menikmati keberhasilan dalam hidup, kiranya kita selalu mengingat bahwa itu semua adalah berkat Tuhan.


Terkadang di tengah kesenangan kita lupa bahwa Tuhan sajalah yang menjadi sumber kemenangan dan sukacita kita. Jika kita mengakui bahwa Tuhan adalah pemberi segala sesuatu, termasuk keberhasilan kita, juga bahwa iman adalah hasil yang muncul dari relasi yang intim dengan Tuhan, marilah kita senantiasa memuliakan Allah dalam hidup yang kita jalani saat ini. [WDN]

(Renungan Santapan Harian edisi Jumat 18 Agustus 2023)

Rabu, 16 Agustus 2023

HASRAT UNTUK MEMBERI YANG TERBAIK (1 TAWARIKH 17:1-15)



Cobalah kita ingat orang-orang terkasih yang berada di sekitar kita. Ingin rasanya kita memberikan yang terbaik sebagai ungkapan kasih kita kepada mereka. Terlebih lagi, Tuhan yang kita kasihi, bukankah Ia lebih dari pantas untuk mendapat yang terbaik dari kita?


Demikianlah kiranya yang dipikirkan Raja Daud terhadap Allah. Ia berkeinginan kuat untuk membangun rumah bagi Tuhan (1). Ia tinggal di istana yang megah, sementara Allah berdiam dalam Kemah Suci-Nya. Nabi Natan yang mendengar keinginan baik Daud turut mendukungnya (2).


Bagaimana respons Allah? Alih-alih berkenan, Allah memberikan sesuatu yang jauh lebih baik kepada Daud. Allah berjanji bahwa Ia akan menjadikan nama Daud besar dan memberkati umat-Nya dalam damai sejahtera (7-10b). Bahkan, Allah berjanji bahwa Ia akan membangun keturunan bagi Daud (10c). Salah satu anaknya (Salomo) yang akan mendapat mandat untuk mendirikan rumah bagi-Nya dan menegakkan kehendak Allah atas dunia (11-12).


Sebagaimana Allah telah mengikat janji kepada bangsa Israel, bahwa Ia akan menjadi Tuhan bagi bangsa ini selama-lamanya, janji itu diulang lagi kepada Daud bahwa Ia akan menjadi Bapanya dan Salomo akan menjadi anak-Nya (13). Ucapan Allah tersebut adalah peneguhan kasih setia-Nya yang kekal (14).


Perhatikanlah bahwa janji Allah tersebut dapat dikatakan dimulai dari hasrat Daud untuk memberikan yang terbaik kepada Allah dari miliknya yang terbatas. Namun, pada akhirnya Allah-lah yang memberikan berkat damai sejahtera dan penyertaan-Nya yang kekal. Dari sini, kiranya, kita juga tergerak untuk senantiasa memberi kepada Allah karena kita bersyukur atas kasih serta pemeliharaan-Nya.


Mari wujudkan komitmen kita kepada Allah dalam pekerjaan dan pelayanan kita, juga dalam ungkapan kasih yang kita berikan kepada sesama. Lihatlah bagaimana Allah telah menyediakan apa yang baik bagi kita sejak dahulu, kemudian memberikan berkat yang jauh lebih besar dari yang kita bisa berikan kepada-Nya. [WDN]

(Santapan Harian edisi Rabu 16 Agustus 2023)

Selasa, 15 Agustus 2023

PANGGILAN PELAYANAN (1 TAWARIKH 16: 37-47)


Berhasilnya pemindahan tabut Allah ke Yerusalem bukan berarti tugas selesai. Karena kini muncul tugas baru terkait dengan penataan para pelayan Tuhan. Sekalipun tabut Allah sudah ada di Yerusalem, Kemah Suci masih tetap ada di Gibeon.


Asaf dan saudara-saudara-nya, juga Obed-Edom dan 68 saudaranya bertugas di tabut Allah di Yerusalem (37-38). Sementara itu, imam Zadok dan saudara-saudaranya tetap bertugas di Kemah Suci di Gibeon, karena upacara kurban harian tetap berlangsung di sana (39-40). Heman dan Yedutun (ayah Obed-Edom) serta kaum keluarganya bertugas di Gibeon untuk membantu para imam itu (41-42).


Awal mula keluarnya tabut Allah dari Kemah Suci adalah ketika orang Israel berperang melawan orang Filistin di Eben-Haezer. Karena mereka kalah, orang Israel membawa tabut itu dari Kemah Suci di Silo, dengan maksud supaya mereka menang. Namun, mereka tetap kalah. Tabut Allah itu kemudian direbut oleh orang Filistin dan tinggal dengan mereka selama 7 bulan. Pada akhirnya, tabut itu dikembalikan kepada orang Israel dan tinggal di Kiryat-Yearim selama 20 tahun sampai Daud berinisiatif untuk memindahkannya ke Yerusalem (lih. 1Sam 4-7).


Dalam sejarahnya, Kemah Suci juga dipindahkan beberapa kali sejak bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian: di Kota Silo pada zaman hakim-hakim (lih. Yos 18:1), di Kota Nob pada masa Raja Saul (lih. 1Sam 21), kemudian di Gibeon, sampai akhirnya digantikan dengan Bait Allah di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Salomo.


Baik tabut Allah maupun Kemah Suci adalah dua hal yang sangat berarti bagi kehidupan beriman bangsa Israel. Itulah sebabnya Daud memerintahkan agar di mana keduanya berada, di sana ada pelayan-pelayan yang bekerja melayani Tuhan.


Saat ini kita dipanggil untuk melayani Tuhan di mana pun kita berada, sebab bait-Nya bukan hanya bangunan gereja, tetapi juga setiap orang percaya. Maka dari itu, baik di gereja maupun dalam rutinitas sehari-hari, apa pun bentuk pelayanan yang kita jalani, lakukanlah yang terbaik untuk memuliakan Dia! [YWA]

(Renungan Santapan Harian edisi Selasa 15 Agustus 2023)

Senin, 14 Agustus 2023

MENCERITAKAN PERBUATAN AJAIB TUHAN (1 TAWARIKH 16:7-36)


Siapa yang tidak pernah mendengarkan lagu? Musik termasuk salah satu media yang tak tergantikan. Lebih dari sebatas hiburan, lagu mampu menyampaikan pesan yang sarat makna dan menggerakkan hati pendengarnya.


Peristiwa dibawanya tabut Allah ke Yerusalem adalah peristiwa besar yang diiringi dengan banyak nyanyian umat. Setelah tabut sampai ke tempat tujuannya, Daud meminta Asaf dan saudara-saudaranya untuk menyanyikan syukur bagi Tuhan (7). Asaf adalah orang Lewi dari bani Gerson (lih. 1Taw 6:39-43), yang memiliki talenta dalam bidang seni musik. Tercatat bahwa ia menulis 12 mazmur, yaitu Mazmur 50 , 73-83. Sedangkan, nyanyian dalam bacaan kita terambil dari Mazmur 96, 105:1-15, ; 106:1, 47-48.


Inti dari nyanyian syukur ini adalah pengakuan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta kebaikan-Nya bagi bangsa Israel dan bangsa-bangsa di dunia (8-11). Sejak zaman nenek moyang Israel, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub, sampai ke zaman Raja Daud, penyertaan Tuhan sungguh nyata (12-22). Segala bangsa, juga bumi dan seluruh ciptaan, tunduk di hadapan-Nya (23-35).


Menyanyi bukanlah sekadar mengalunkan nada dan irama. Di dalam sebuah nyanyian terdapat cerita, pengajaran, dan kesaksian untuk didengarkan oleh orang lain. Melalui nyanyian, orang lain yang hidup pada zaman yang berbeda sekalipun bisa memahami dan turut merasakan pengalaman iman bersama Tuhan.


Salah satu panggilan orang Kristen adalah untuk bersaksi (marturia). Maka dari itu, marilah kita menceritakan kepada orang lain mengenai perbuatan ajaib Tuhan dalam hidup kita. Ceritakanlah sesuai dengan talenta yang Tuhan berikan kepada kita. Tak mengapa jika kita tidak punya bakat menyanyi, karena kita bisa bercerita melalui berbagai media lainnya, seperti tulisan, lukisan, tarian, dan cerita lisan, bahkan melalui perkataan dan perbuatan kita di tengah pergaulan kita.


Biarlah seluruh hidup kita bisa menjadi nyanyian dan cerita yang menyatakan keajaiban Tuhan dan mengajak orang-orang lain untuk memuji-Nya dalam sukacita. [YWA]

(Santapan Rohani edisi Senin 14 Agustus 2023)

Sabtu, 12 Agustus 2023

MINTALAH PETUNJUK TUHAN (1 TAWARIKH 14)



Abraham Lincoln, presiden ke-16 Amerika Serikat, pernah berkata: "Semua orang bisa tahan dengan kesengsaraan, tetapi bila kau ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan."


Ketika Daud menjadi raja, namanya menjadi makin tersohor. Ia berhasil membangun kerja sama dengan kerajaan lain (1-2), membangun keluarga yang besar (3-7), dan bahkan mengalahkan musuh-musuhnya, terutama bangsa Filistin (8-17).


Seperti pernyataan Lincoln di atas, karakter Daud memang diuji saat ia menjadi raja. Ternyata, Daud tergoda untuk memanfaatkan kekuasaan yang ia miliki ketika ia membangun keluarga di Yerusalem. Hal itu tampak ketika ia mengambil Batsyeba menjadi istrinya.


Batsyeba adalah istri Uria, perwira yang sangat setia kepada Daud. Namun, Daud merancang situasi agar Uria mati di medan perang. Kejahatan Daud ini memancing amarah Tuhan. Setelah diperingatkan Nabi Natan, Daud menyesal dan bertobat. Dan dari Batsyeba lahirlah Salomo, yang di kemudian hari menjadi raja menggantikan dia (lih. 2Sam 11-12).


Sekalipun Daud jatuh ke dalam dosa besar, ia tetap mengikuti apa yang Tuhan perintahkan. Ia menerima penghukuman Allah dan tidak membela dirinya. Ini semua menunjukkan ketaatannya kepada Tuhan.


Pengalaman hidup di tengah kekuasaan membuat Daud mengakui bahwa dirinya sungguh-sungguh dikasihi oleh Tuhan. Dalam konteks peperangan dengan orang Filistin, ia meminta petunjuk Tuhan. Dua kali ia berperang, dua kali ia diberi kemenangan.


Ketaatan kepada Tuhan dapat dilihat dari seberapa bergantungnya kita kepada Tuhan; apakah kita meminta petunjuk-Nya dalam langkah hidup kita atau tidak. Kita pasti pernah salah mengambil pilihan dan menyesal. Bisa diperkirakan, saat kita lalai atau gagal, kita tidak meminta petunjuk Tuhan dalam perkara yang kita hadapi itu.


Setinggi apa pun posisi atau status kita, kita tetaplah manusia yang tidak mahakuasa dan bisa terjatuh. Tetaplah jadikan Tuhan Pemimpin kita yang tertinggi! [YWA]

(Renungan Santapan Rohani edisi Sabtu, 12 Agustus 2023)



PENDALAMAN ALKITAB 1 TAWARIKH 14

1 Tawarikh 14 sepadan dengan 2 Samuel 5:11-25. Ada rangkuman peristiwa tentang Daud yang menjadi raja dan persoalan relasi Daud dengan orang Filistin. Penobatannya sebagai raja atas Israel yang bersatu merupakan sebuah ancaman bagi orang Filistin. Oleh karena itu, orang Filistin langsung menyerang, bahkan sebelum Daud merebut Yerusalem. Dengan mengandalkan Allah, Daud sanggup menangkal dua serangan dan melindungi kerajaannya. Hikmah bagi kita adalah Allah sanggup membela umat-Nya.


Apa saja yang Anda baca?

1. Apa yang dilakukan oleh Hiram? Apa yang diketahui oleh Daud dari peristiwa itu? (1-2)

2. Siapa saja anak-anak Daud yang lahir di Yerusalem? (3-7)

3. Apa yang dilakukan oleh orang Filistin setelah mendengar bahwa Daud menjadi raja? (8)

4. Apa yang dilakukan Daud terhadap serangan orang Filistin, dan apa yang dilakukannya terhadap para allah orang Filistin yang ditinggalkan di medan perang? (9-12)

5. Apa respons Daud terhadap serangan orang Filistin yang kedua kalinya, dan apa hikmahnya bagi Daud? (13-17)


Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

1. Mengapa kita perlu melibatkan Tuhan ketika kita bergumul?

2. Bagaimana kisah keberhasilan Daud sebagai raja dapat menjadi teladan bagi hidup kita?


Apa respons Anda?

1. Agar Tuhan berkenan dengan persembahan hidup kita dan membela kita sebagaimana Dia membela Daud, bagaimana Anda akan membangun hidup Anda?

2. Bagaimana Anda dapat menjaga tekad untuk menyatakan perilaku yang taat, setia, dan takut akan Tuhan dalam hidup keseharian Anda?


Pokok Doa:

Mari kita doakan kepemimpinan di Indonesia; kiranya lahir pemimpin-pemimpin yang mau mengasihi dan rela melayani.


Kamis, 10 Agustus 2023

BALA PERTOLONGAN TUHAN (1 TAWARIKH 12)


Ada peribahasa, "Adat pasang berturun naik", artinya kehidupan seseorang bisa berubah-ubah, kadang ada di atas dan kadang di bawah. Jika keadaan hidup kita bisa berubah-ubah, bagaimana dengan pertolongan Tuhan?


Bacaan kita kali ini bercerita mengenai orang-orang yang menjadi pengikut dan tentara Daud di Ziklag dan di Hebron (1, 23). Dua kota itu adalah kota-kota yang menggambarkan naik-turunnya kehidupan Daud sebelum ia menjadi raja Israel dan memerintah di Yerusalem.


Ziklag merupakan sebuah kota yang Daud terima dari Akhis bin Maokh, raja Kota Gat, orang Filistin. Daud mendapatkannya ketika ia lari dari Saul. Dari Ziklag, Daud beberapa kali mengalahkan musuh-musuhnya sampai ke perbatasan Mesir. Akhis senang kepada Daud dan ia mengangkat Daud menjadi pengawalnya. Bahkan, Daud dan para pengikutnya diajak untuk membantu pasukan orang Filistin berperang melawan orang Israel. Namun, itu urung terjadi karena para panglima Filistin menolak kehadiran Daud dan pasukannya. Daud tinggal di daerah orang Filistin selama satu tahun empat bulan. (lih. 1Sam 27-30).


Setelah Saul mati, Daud dan para pengikutnya pindah ke Hebron atas perintah Tuhan (lih. 2Sam 2). Hebron berada di wilayah Yehuda, di sebelah barat daya Yerusalem. Di sanalah Daud memerintah sebagai raja atas Yehuda hingga akhirnya ia diangkat sebagai raja atas seluruh Israel dan kemudian pindah ke Yerusalem.


Kita mendapati bahwa baik saat di bawah maupun di atas, selalu ada orang-orang yang menjadi bala pertolongan yang Tuhan hadirkan bagi Daud. Itulah bukti penyertaan dan pertolongan-Nya.


Pertolongan Tuhan tidak selalu hadir dalam bentuk mukjizat supranatural yang menakjubkan di mata kita. Sering kali pertolongan Tuhan terwujud melalui kehadiran orang-orang di sekitar kita. Lihatlah ke sekeliling kita: keluarga, sahabat, rekan sepelayanan, kolega, bahkan orang yang tidak kita sukai. Bukalah hati dan mata kita untuk bisa melihat kehadiran mereka sebagai bala pertolongan Tuhan bagi kita. [YWA]

(Renungan Santapan Harian edisi Kamis 10 Agustus 2023)

Rabu, 09 Agustus 2023

PERWUJUDAN RENCANA ALLAH (1 TAWARIKH 11)

Bacaan kita berkisah tentang keberhasilan Raja Daud, mulai dari menyatukan semua suku Israel dan menjadi raja hingga merebut Yerusalem dari orang Yebus dan menjadikannya ibu kota kerajaan. Keberhasilan Daud ini didukung oleh keberadaan para pahlawan yang setia kepadanya.


Ada yang disebut triwira, yaitu tiga orang pahlawan Daud yang terbaik dan terkuat. Mereka adalah Yasobam bin Hakhmoni, Eleazar anak Dodo, dan Sama anak Age (11-12; lih. 2Sam 23:11). Lalu, ada juga tridasawira, yaitu pasukan 30 orang yang dikepalai oleh Abisai (20-21). Salah satu anggotanya adalah Benaya bin Yoyada yang menjadi kepala pengawal Daud (22-25). Selain mereka, ada banyak lagi yang disebutkan dalam bacaan kita.


Kisah keberhasilan ini sesungguhnya menceritakan sebuah kisah panjang dari perwujudan rencana Allah bagi Daud dan umat Israel. Sejak awal, ketika Allah menolak Saul menjadi raja karena pelanggarannya, Allah telah memilih Daud untuk menjadi raja atas Israel. Melalui Samuel, Daud diurapi menjadi raja pilihan Allah sejak ia masih muda (lih. 1Sam 15-16).


Sekalipun demikian, jalan hidupnya tidak serta-merta menjadi mulus. Saul berulang kali mencoba membunuhnya, yang membuatnya harus melarikan diri dari kota ke kota. Bahkan, ketika Saul sudah mati pun, Daud tidak bisa langsung menjadi raja. Penolakan dan perlawanan masih Daud alami selama lebih kurang tujuh setengah tahun sebelum akhirnya ia bisa menjadi raja atas seluruh Israel (lih. 2Sam 5:5).


Sebesar apa pun tantangan dan gejolak yang dihadapi, pada akhirnya rencana Allah sajalah yang terwujud. Seperti Daud memercayai Allah, percayalah bahwa Allah juga punya rencana yang indah bagi kita.


Jika saat ini kita mengalami kesulitan, pergumulan, atau bahkan kegagalan yang menyakitkan, tetaplah berjalan bersama Tuhan. Ingatlah bahwa ada pelangi sehabis hujan. Jika saat ini kita sedang menikmati keberhasilan dalam hidup, ingatlah juga bahwa itu semua adalah bagian dari penyertaan dan rencana-Nya. Syukurilah! [YWA]

(Renungan Santapan Harian, 9 Agustus 2023)

Selasa, 08 Agustus 2023

APAKAH DIA BERDAULAT DALAM HIDUPMU? (1 TAWARIKH 10)


Tak jarang orang menyebut dirinya Kristen padahal dia tidak mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati. Dalam mengikuti Tuhan, ia sering menyertakan tuntutan pribadinya, bahkan menjadikan Tuhan sebagai alat untuk memuaskan keinginannya. Salah satu contohnya adalah Raja Saul.


Saul adalah raja pertama dalam sejarah Israel. Namun, Saul gagal melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Ia berdosa dengan mengambil ratusan istri dan gundik dari bangsa-bangsa asing, mengikuti penyembahan berhala, dan bahkan meminta petunjuk dari arwah (lih. 1Raj 11:1-10; 1Sam 28:7-20). Pada akhirnya, kematiannya terjadi atas kehendak Allah yang berdaulat (4, 13-14).


Saul digambarkan sebagai seorang raja yang tidak setia. Ia tidak hanya melakukan kesalahan, tetapi juga gagal dalam melakukan kebaikan. Dalam berbagai kasus, ia memberi persembahan dari ternak jarahan yang semestinya ditumpas, berusaha membunuh Daud, dan membunuh para imam di Nob (lih. 1Sam 15:9-23; 18:10-11; 22:17-19).


Ia mengabaikan pimpinan Tuhan dalam menjalankan kerajaan yang diberikan oleh-Nya. Saul tidak datang kepada Tuhan melalui nabi-Nya. Ia datang mencari petunjuk Tuhan hanya ketika tidak ada lagi jalan keluar di tengah kebuntuan, tetapi Tuhan sudah menolaknya. Saul mencari Tuhan hanya untuk hal-hal yang sesuai dengan keinginannya.


Terkadang sebagai manusia berdosa, kita juga suka berlaku seperti Saul. Kita datang kepada Tuhan hanya saat kita tidak mampu menyelesaikan beban hidup dengan kekuatan sendiri dan mengharapkan Tuhan sebagai solusi terakhir atas masalah kita. Atau secara ekstrem, kita barangkali tergoda untuk datang kepada figur lain, seperti "orang pintar" untuk mendapatkan solusi bagi masalah yang kita hadapi.


Jika kita mengakui bahwa Tuhan berdaulat atas hidup kita, mengapa kita masih mau mengandalkan kekuatan diri sendiri, bahkan ilah atau figur lain, dalam menyelesaikan pergumulan hidup kita? Sebagai umat milik Allah yang setia, mari kita tunduk dan patuh kepada perintah-Nya. [PMS]

(Renungan Santapan Harian edisi Selasa, 8 Agustus 2023) 

Senin, 07 Agustus 2023

Apakah Perjanjian Lama penting untuk kita yang hidup di masa kini?



Pesan para nabi bagi umat Tuhan Kita hidup pada zaman di mana suara para nabi kurang didengar atau diperhatikan. Mengapa hal ini terjadi? 

1.Banyak orang percaya menganggap bahwa kitab-kitab para nabi terlalu sulit untuk dimengerti 

2.Banyak orang percaya menganggap bahwa Perjanjian Lama tidak lagi relevan untuk zaman kita karena sekarang kita sudah memiliki Perjanjian Baru, maka kitab-kitab para nabi tidak lagi terlalu penting untuk kita. 

3.Banyak anggota jemaat tidak mengetahui isi kitab-kitab para nabi karena para pelayan tidak memberitakannya kepada jemaat 

 Apakah alasan-alasan itu benar terjadi di dalam kehidupan jemaat atau pandangan komsel kita? Sebenarnya, topik ini sangat penting demi pemahaman seluruh Alkitab, dan oleh karena itu, mari kita melakukan penggalian Firman Allah untuk mengetahui relevensi Perjanjian Lama kepada kehidupan dalam zaman Perjanjian Baru dan apakah pesan-pesan para nabi di zaman Perjanjian Lama memiliki makna untuk kita yang hidup pada zaman modern ini. 

Apakah Perjanjian Lama penting untuk kita yang hidup di masa kini? Sesungguhnya, tidak ada Perjanjian Lama tanpa Perjanjian Baru. Selama 300 tahun pertama sesudah penyaliban Yesus dan pencurahan Roh Kudus pada tahun 30M, belum ada Kitab yang disebut Perjanjian Baru, bahkan belum ada istilah atau sebutan “Perjanjian Lama”. Selama 300 tahun itu, hanya ada Kitab Suci yang terdiri dari 39 kitab, dari Kejadian sampai dengan Maleakhi. Selain itu, sudah ada salinan surat-surat rasuli yang sudah disalin dan disalin dan disalin berulang kali karena dianggap sebagai tulisan-tulisan pelengkap Kitab Suci dan pelajaran-pelajaran Firman Tuhan yang mengungkapkan makna Kitab Suci secara luar biasa. Karena surat-surat rasuli itu sudah tersebar ke mana-mana dan begitu diakui bahwa kualitas dan otoritasnya sederajat dengan Kitab Suci, setelah melalui beberapa Konsili Gereja, secara aklamasi surat-surat rasuli itu diakui sebagai pengungkapan ilhaman Roh Kudus tentang Perjanjian Baru. Oleh sebab itu, ke-27 surat itu dilampirkan kepada Kitab Suci sebagai Perjanjian Baru, dan ke-39 kitab yang pertama disebut sebagai Perjanjian Lama. Hanya setelah penetapan itulah, Gereja Tuhan jadi memiliki satu kitab yang lengkap yang kini disebut Alkitab dengan 66 kitab. Ke-27 kitab dalam Perjanjian Baru pertama kali disusun sebagai sebuah Kitab oleh St. Athanasius di Aleksandria, Mesir, pada tahun 367M, lalu mulai mendapat pengakuan pada dua konsili Gereja di Carthage pada tahun 397M dan 419M. Jadi, dalam sejarah awal Gereja, bahkan selama 300 tahun pertama, Kitab Suci yang kini kita sebut Perjanjian Lama, merupakan dasar semua ajaran dan praktek dalam kehidupan Gereja. Perhatikan kesaksian dari para Rasul yang diinspirasi oleh Roh Kudus – Paulus, Petrus, dll. a. Kesaksian Paulus 2 Timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” Apa yang dimaksudkan Paulus dengan istilah “segala tulisan”? Yang dimaksudkan adalah ke-39 kitab yang sekarang kita sebut Perjanjian Lama. Pada waktu itu belum ada Perjanjian Baru dan Paulus menegaskan bahwa tulisan-tulisan Perjanjian Lama bermanfaat untuk: i. Mengajar ii. Menyatakan kesalahan iii. Memperbaiki kelakuan iv. Mendidik orang dalam kebenaran Apakah tujuan dan maksud dari keempat hal itu di dalam Perjanjian Lama? 2 Timotius 3:17 “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” Artinya, Rasul Paulus mengajar kita bahwa seluruh Perjanjian Lama sangat bermanfaat bagi kita supaya kita diperlengkapi sebagai manusia kepunyaan Allah. Kalau kita melalaikan Perjanjian Lama, maka kita akan rugi karena tidak menerima segala manfaat itu. b. Kesaksian Petrus 1 Petrus 1:8-12 “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.” Dalam bacaan itu, Petrus menjelaskan bahwa isi Kitab Suci (Perjanjian Lama) mengungkapkan berita Injil keselamatan dan kasih karunia yang diilhamkan oleh Roh Kudus melalui pelayanan para nabi. Artinya, Petrus dapat memberitakan Injil hanya dengan menggunakan Perjanjian Lama. Perjanjian Lama begitu berkuasa dalam pemberitaan Injil sehingga seluruh dunia digoncangkan oleh pemberitaan itu dan penggenapannya yang nyata dalam pelayanan Yesus. 2 Petrus 1:17-21 “Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Petrus mendukung kesaksian Paulus bahwa Firman Tuhan (Perjanjian Lama) telah diberikan kepada kita oleh inspirasi Roh Kudus. Perjanjian Lama itu disebut sebagai pelita yang bercahaya di tempat yang gelap dan Petrus berkata, “Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya!” Jika kita melalaikan Perjanjian Lama dalam penggalian Firman Tuhan, maka kita tidak akan berjalan di dalam terang. Ingat, Raja Daud berkata, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku,” (Mazmur 119:105). Yang Daud maksudkan adalah tulisan-tulisan Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama. Kisah 2:17-18 “Akan terjadi pada hari-hari terakhir – demikianlah firman Allah – bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.” Sejak hari pertama sejarah Gereja, pada Hari Pentakosta, Rasul Petrus memberitakan bahwa satu tanda akhir zaman adalah gerakan kenabian di seluruh dunia. Pelayanan kenabian sangatlah penting di setiap zaman dan secara khusus sangat penting pada akhir zaman. Pelayanan kenabian tidak berakhir dalam zaman Perjanjian Lama tetapi juga diteruskan dalam zaman Perjanjian Baru. Justru kegerakan Allah di akhir zaman akan ditandai dengan gerakan kenabian. Kisah 3:19-21 “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu.” Dalam khotbah Petrus umum yang kedua yang dicatat, adalah khotbah di Serambi Salomo di mana Petrus menegaskan bahwa Yesus tidak akan segera kembali. Sebaliknya, Yesus tidak dapat kembali sampai semua nubuatan dari para nabi zaman Perjanjian Lama sudah dipilihkan dan digenapi. Artinya, pelayanan para nabi zaman Perjanjian Lama adalah pedoman dan petunjuk bagi kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru. c. Kesaksian Perjanjian Baru Salah satu tindakan yang memberi keabsahan kepada otoritas Perjanjian Baru adalah ratusan kutipan dari Perjanjian Lama. Memang, Perjanjian Baru tersembunyi di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama terungkap dalam Perjanjian Baru! Selama 300 tahun pertama sejarah Gereja, Injil diberitakan dari Perjanjian Lama. Doktrin dan dasar iman diletakkan dalam Gereja Tuhan dari pengajaran Perjanjian Lama. Cara hidup berjemaat, pemahaman gerakan Roh Kudus, pengajaran kasih karunia, pengenalan akan maksud abadi Allah, hidup berkomsel dan seterusnya, semua diajarkan dari ayat-ayat Perjanjian Lama. Penulisan Perjanjian Baru hanya lengkap setelah tahun 96M dan barulah diakui statusnya pada sekitar tahun 321M. Matius 1:22 –  “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi.” Matius 2:5 – “Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi.” Matius 2:15 – “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” Matius 2:17 – “Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia.” Matius 2:23 –  “Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi.” Matius 3:3 –  “Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya.” Hal serupa dapat kita temukan di sepanjang Perjanjian Baru. Kekayaan Tuhan di dalam Perjanjian Lama terungkap dalam Perjanjian Baru, dan masih ada banyak lagi rahasia Tuhan yang perlu kita pahami yang termuat di dalam Perjanjian Lama. d. Kesaksian Yesus Pada hari kebangkitan Yesus, ada dua murid yang meninggalkan Yerusalem dan bermaksud kembali ke kota Emaus. Walaupun mereka sudah mendengar kesaksian Maria bahwa Yesus sudah hidup kembali, mereka tidak percaya. Mereka putus asa dan kecewa sehingga mereka memutuskan untuk pulang kampung saja. Dalam perjalanan pulang kampung itulah, terjadi pertemuan ajaib dengan Yesus yang dicatat dalam Lukas 24:13-35. Sepanjang perjalanan hari itu, mereka membahas peristiwa-peristiwa ajaib yang terjadi di Yerusalem dari penyaliban sampai kebangkitan Yesus, padahal mereka belum sadar bahwa itulah Yesus yang sedang menguraikan dari seluruh Perjanjian Lama segala kebenaran dan nubuatan tentang diriNya. Lukas 24:26-27 “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.” Hanya setelah mereka memecahkan roti baru mereka sadar itulah Yesus yang telah berjalan bersama dengan mereka sepanjang hari. Lukas 24:32 “Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” Jadi, di dalam seluruh Perjanjian Lama, segala hal berkaitan dengan kehidupan dan pelayanan Yesus sudah dinubuatkan. Kita dapat tahu bahwa Yesus benar-benar adalah Mesias dan yang dijanjikan Tuhan karena Ia menggenapi semua nubuatan itu! Kebenaran ini diajarkan kepada murid-murid yang lain juga pada malam yang sama. Lukas 24:44-48 “Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. KataNya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” Dasar pemahaman tentang siapakah Yesus, siapakah umat Tuhan, apa maksud abadi Tuhan, dsb., terdapat di dalam Perjanjian Lama. Karena itu, mempelajari Perjanjian Lama adalah sangat penting bagi setiap orang percaya yang sungguh cinta kepada Yesus.


Baca lebih lengkap di :
https://www.abbaloveministries.org/pesan-para-nabi-bagi-umat-tuhan/
Complimentary from Abbalove Ministries.

JANGAN LEWATKAN KESEMPATAN MELAYANI! (1 TAWARIKH 9)


Melayani adalah kehormatan yang Allah percayakan kepada umat-Nya. Melayani adalah bentuk ketaatan dari umat yang telah ditebus.


Dalam pasal 9 Kitab 1 Tawarikh ini tercatat nama-nama mereka yang pulang dari pembuangan. Di sini, penulis Tawarikh hendak menunjukkan perhatian khusus pada pentingnya menaati Allah dalam kehidupan setiap umat-Nya.


Nama-nama para imam, orang-orang Lewi, dan para penunggu pintu gerbang dicatat dalam daftar penduduk Yerusalem (10-22). Mereka adalah orang-orang yang khusus ditugaskan di rumah Allah.


Azarya hadir sebagai pemuka rumah Allah, ia mengatur pelayanan yang akan dilangsungkan (11). Semaya, orang Lewi, dan kerabatnya melayani (14-16). Ada juga Salum dan sanak saudaranya yang bertugas sebagai penunggu pintu rumah Allah (19).


Para imam, orang Lewi, dan para penunggu pintu gerbang mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk peribadatan secara saksama (23-32). Setiap hal yang berhubungan dengan ibadah dipersiapkan dan diatur secara tepat sehingga ketika mereka melaksanakan peribadatan, hati dan pikiran mereka dapat difokuskan kepada Allah.


Apa pun bentuknya, pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka adalah bentuk pelayanan kepada Allah, bukan kepada manusia. Dengan melayani, mereka menaati Allah yang telah mengikat perjanjian dengan nenek moyang mereka.


Sebagai umat Allah, kita dituntut untuk menaati Allah dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagai anggota jemaat, kita pun beribadah di dalam gereja-Nya dan dapat mengambil bagian dalam pelayanan. Apa pun bentuk pelayanan yang kita lakukan, harus dipersiapkan dengan sepenuh hati, agar setiap detail persiapan yang dilakukan dapat menolong umat Allah untuk beribadah dengan pikiran dan hati yang berpusat kepada Allah. Setiap pelayanan yang kita kerjakan dengan ketulusan berkenan bagi Allah.


Mari kita berikan hati dan diri kita untuk menggunakan hak istimewa dalam pelayanan kepada Allah. Jangan lewatkan kesempatan melayani! [PMS]

(Santapan Harian edisi 7 Agustus 2023)

Sabtu, 05 Agustus 2023

PENDALAMAN ALKITAB 1 TAWARIKH 8:1-28

Kelompok-kelompok suku Benyamin yang tinggal di berbagai kota disebutkan dalam perikop ini. Pertama, di Geba. Penyebutan Geba menunjukkan bahwa daerah ini tetap menjadi milik mereka sesudah pembuangan. Kedua, di Moab, Ono, Lod, dan Gat. Dengan disebutkannya keempat kota ini, ditunjukkan bahwa tempat itu merupakan milik suku Benyamin. Ketiga, di Yerusalem. Banyak orang dari suku Benyamin yang kembali ke kota itu diharapkan memiliki peran besar dalam pemulihan umat Allah. Penyebutan para leluhur suku Benyamin yang memiliki nama besar ini memiliki maksud agar suku Benyamin dihormati.


Apa saja yang Anda baca?

1. Siapa nama kelima anak Benyamin? (1-2)

2. Siapa saja anak-anak Bela? (3-5)

3. Siapa keturunan Ehud di Geba, dan apa yang terjadi pada mereka? (6-7)

4. Siapa saja keturunan Saharaim di Moab, dan apa yang dilakukan oleh salah seorang anaknya? (8-12)

5. Siapa saja kepala puak yang ada di Ayalon? (13)

6. Siapa saja kepala puak dan keturunannya yang ada di Yerusalem? (14-28)


Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

1. Adakah Anda memiliki catatan tentang leluhur? Apa maknanya bagi Anda dan anak-anak Anda?

2. Bagaimana cara Anda memandang leluhur serta memaknai tugas dan panggilan Anda sebagai umat Allah saat ini?


Apa respons Anda?

1. Adakah rasa syukur yang ingin Anda ungkapkan kepada Tuhan atas penyertaan Tuhan terhadap seluruh keluarga Anda?

2. Adakah saudara Anda atau anggota keluarga Anda yang ingin Anda doakan secara khusus hari ini?


Pokok Doa:

Mendoakan keluarga-keluarga yang sedang berusaha mewariskan nilai-nilai kristiani di dalam keluarga.

(Buku Renungan Santapan Harian edisi Sabtu 5 Agustus 2023)


HIDUPMU BERANTAKAN? ALLAH YANG PEGANG! ( 1 TAWARIKH 8:1-28)

 


Perjalanan hidup kadang membingungkan. Pada titik tertentu, hidup bisa menjadi begitu berantakan, bahkan bertolak belakang dengan prediksi atau cita-cita kita. Walau demikian, orang percaya akan memercayakan hidupnya dalam tangan Allah.


Dalam daftar keturunan Benyamin terdapat kisah tentang Saharaim. Ia melakukan poligami, mendapat dua anak, menceraikan istri-istrinya, lalu menikah lagi dan mendapat tujuh anak di tanah Moab yang kelak menjadi kepala puak dalam suku Benyamin (8-11).


Kisah perceraian dan poligami terkadang dicatat dalam PL tanpa komentar yang bersifat kritis. Hal ini bukan hendak menunjukkan bahwa Allah tidak memandang serius hal itu. Jika kita melihat pada Kitab Suci, Allah membenci perceraian (lih. Mal 2:15). Kalau Musa mengizinkan perceraian, itu karena ketegaran hati orang Israel (lih. Ul 24:1-4; Mat 19:8).


Sekalipun perceraian tercatat dalam silsilah, bukan berarti Allah mengizinkannya. Dalam perceraian yang terjadi, Allah tetap menunjukkan pemeliharaan-Nya, seperti terhadap suku Benyamin.


Dari kisah ini kita dapat memahami bahwa sekalipun hal yang buruk terjadi dalam kehidupan seseorang, terdapat tujuan besar dalam pemeliharaan nasib suatu kaum. Sekalipun keretakan terjadi dalam keluarga Saharaim, keturunannya mendirikan Kota Ono dan Kota Lod beserta anak kotanya (12). Hancurnya kehidupan dalam sebuah keluarga tidak membuat Allah berhenti bekerja dalam menyatakan kedaulatan-Nya.


Sering kali dalam kehidupan yang kita jalani, ketika tragedi terjadi, kita berputus asa dan kehilangan pengharapan. Jika kita melihat kisah Saharaim dari suku Benyamin ini, kita dapat melihat bahwa Allah berdaulat sepenuhnya dalam jalannya sejarah kehidupan manusia.


Tidak ada seorang pun yang mengetahui masa depan, termasuk orang percaya. Namun, saat hidup kita membingungkan sekalipun, firman Tuhan mengajak kita untuk melihat bukti pemeliharaan Allah yang sempurna bagi suatu bangsa, suku, keluarga, dan bahkan diri kita secara pribadi. [PMS]

(Renungan Santapan Harian edisi Sabtu 5 Agustus 2023)


Jumat, 04 Agustus 2023

KESATUAN DALAM PERBEDAAN (1 TAWARIKH 7)



Perbedaan merupakan hal yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Setiap orang sudah diciptakan sebagai individu yang berbeda, tetapi kejatuhan ke dalam dosa mengubah perbedaan menjadi sesuatu yang sulit diterima.


Semangat penulis Kitab 1 Tawarikh untuk menerima keragaman membuatnya memasukkan nama-nama dari suku-suku utara dalam penulisan silsilah ini. Tema tentang Israel yang menjadi satu, yang tidak terpisah menjadi dua kerajaan, mendapat perhatian khusus dari penulis dan orang-orang Israel.


Penulis kitab ini ingin meningkatkan moral orang-orang yang kembali dari pembuangan dengan menarik identitas mereka sebagai suatu bangsa yang satu, yang mencakup suku-suku kerajaan Yehuda di selatan maupun suku-suku kerajaan Israel di utara.


Dalam pasal ini, kita dapat melihat bahwa secara khusus penulis kitab mencantumkan nama-nama perempuan (13, 15, dan seterusnya), yang menunjukkan keterbukaan terhadap perbedaan. Ia melihat adanya peran perempuan yang aktif dalam pemulihan Yerusalem pascapembuangan. Penulis Kitab 1 Tawarikh juga memahami bahwa Allah yang disembah bukanlah Allah yang membeda-bedakan manusia berdasarkan gender ataupun rasnya. Ia menghargai manusia sebagai ciptaan yang diciptakan serupa dan segambar dengan-Nya.


Hidup yang kita jalani dalam interaksi dengan sesama pasti akan diisi dengan berbagai macam perbedaan. Alih-alih memperuncing keadaan, anak-anak Allah justru harus menghargai perbedaan dan menerima sesama dalam semangat kesatuan.


Seperti penulis Kitab 1 Tawarikh yang menyadari akan pentingnya kesatuan dalam membangun jati diri bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, demikian juga dengan kita sebagai umat-Nya. Sudah seharusnya kita menerima perbedaan gender, ras, status sosial, dan lain sebagainya dalam kerangka kesatuan sebagai gambar dan rupa Allah.


Kesatuan hadir bukan dari tidak adanya perbedaan, melainkan dari keinginan dan komitmen di dalam Tuhan untuk menerima perbedaan. [PMS]

(Renungan Santapan Harian edisi Jumat 4 Agustus 2023)

Kamis, 03 Agustus 2023

TAAT DALAM SETIAP DETAIL (1 TAWARIKH 6:48-81)



Sebagai manusia yang masih bergumul dengan dosa, kita cenderung untuk memilih hal-hal yang nyaman bagi kita. Namun, sebagai hamba-hamba Allah, ada tuntutan yang diberikan oleh Sang Tuan.


Bagi Harun dan keturunannya, mereka harus sungguh-sungguh menaati setiap detail perintah Allah. Mereka tidak bisa hanya melakukan apa yang mereka mau untuk mereka taati, melainkan harus melakukan setiap perintah yang telah Allah berikan kepada Musa dengan ketaatan penuh (49-53).


Uza adalah contoh dari imam yang dengan tidak semestinya memperlakukan Tabut Perjanjian Allah. Tabut yang seharusnya diangkut oleh imam-imam Lewi (lih. Ul 10:8), mereka naikkan ke atas kereta baru yang ditarik lembu. Dan akibat kelalaian terhadap perintah Tuhan, Uza mati (lih. 2Sam 6:6-7). Ia gagal memahami detail perintah Allah.


Bagi orang Lewi yang dikhususkan untuk melayani Allah, tempat tinggal mereka diatur sedemikian rupa oleh Allah melalui Musa. Setiap suku Israel akan menyerahkan tanah atau kota yang mereka peroleh kepada orang-orang Lewi. Kota itu disebut sebagai kota perlindungan (54-81). Semua hal itu harus dilaksanakan persis seperti apa yang Tuhan kehendaki.


Demikian juga dengan kita. Jika kita menyebut diri sebagai umat-Nya-imamat yang rajani-yang telah dikhususkan untuk melayani Allah yang hidup, sudah sewajarnya kita menaati setiap perintah yang telah disampaikan-Nya melalui Alkitab. Jika kita gagal memahami setiap instruksi yang diberikan, kelalaian kita dapat mengakibatkan kemandekan dalam pertumbuhan kerohanian kita, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa kita dapat mengalami kemunduran rohani.


Kita tidak boleh menaati Tuhan hanya dalam bidang-bidang yang kita sukai, dan menolak hal-hal yang mengusik kenyamanan kita. Allah memiliki otoritas atas setiap bidang kehidupan kita, bukan hanya bidang tertentu yang kita sukai.


Dialah Tuhan kita, Pemilik Kehidupan ini! Kepada-Nya kita percaya dan bagi Dialah kita mau memenuhi tugas yang dipercayakan oleh-Nya dengan ketaatan penuh. [PMS]

(Renungan Santapan Harian edisi Kamis 3 Agustus 2023)


Rabu, 02 Agustus 2023

LAYANILAH DIA ! (1 TAWARIKH 6:31-47)

 


Ada kalanya kita berpikir bahwa melayani Tuhan adalah tugas yang sulit sehingga kita beranggapan bahwa diri kita tidak dapat berbuat banyak bagi Dia. Akibatnya, kita tidak memaksimalkan talenta kita.


Lain halnya dengan Daud. Ia memaksimalkan potensi setiap orang dalam pelayanan kepada Allah. Bahkan, Daud membawa musik ke dalam peribadatan kepada Tuhan.Ia menetapkan orang-orang yang akan melayani Allah dengan nyanyian berdasarkan giliran tugas mereka (31-32).


Alkitab memberikan kepada kita catatan mengenai Daud dan kecapinya. Bahkan, ketika Saul dirasuki oleh roh jahat, Daud dipanggil untuk bermain kecapi sampai Saul tenang. Dalam Kitab Mazmur, terdapat begitu banyak lagu yang dia gubah dalam perjalanan hidupnya.


Setiap orang memiliki bakat yang berbeda dalam melayani Allah. Para tukang bangunan membangun rumah ibadah sebagai bentuk pelayanannya, para imam dan orang Lewi bertugas dalam penyelenggaraan peribadatan kepada Tuhan. Pada bagian ini, teks menunjukkan kepada kita, para penyanyi melayani Allah dengan suara yang mereka kumandangkan. Daud mengatur tugas mereka secara mendetail (33-47).


Pada masa kini kita tidak harus ditahbiskan sebagai imam atau pendeta supaya kita dapat melayani Allah. Setiap pekerjaan yang kita lakukan memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembangunan tubuh Kristus. Talenta-talenta unik yang Tuhan percayakan kepada kita dapat dipakai untuk melayani Allah dan memuliakan Dia, bahkan sudah sepatutnya digunakan dengan demikian. Tak ada hal yang terlalu kecil bagi Allah jika kita melakukannya dengan hati yang terarah penuh kepada-Nya.


Ketika kita merasa kurang mampu atau tidak sepandai orang lain, ingatlah, Allah paling dimuliakan ketika kita merasa terpuaskan di dalam Dia.


Tidak ada tujuan hidup yang tertinggi bagi kita sebagai orang percaya selain dari memuliakan Tuhan dan menikmati Dia selama-lamanya. Mari kita gunakan setiap talenta yang telah Tuhan percayakan kepada kita dengan motivasi hanya demi kemuliaan nama-Nya. [PMS]

(Renungan Santapan Harian edisi Rabu 2 Agustus 2023)

Selasa, 01 Agustus 2023

TINGGALKAN JEJAK BAGI GENERASI SELANJUTNYA! (1 TAWARIKH 6:1-30)



Di dalam jalan hidup yang benar, orang percaya tak hanya memenuhi panggilan Tuhan bagi dirinya, tetapi juga meninggalkan jejak yang dapat diikuti oleh generasi selanjutnya.


Suku Lewi telah dipisahkan oleh Allah untuk melayani-Nya (lih. Bil 3-4). Harun dan keturunannya telah ditetapkan untuk menjadi imam Allah secara turun-temurun. Orang-orang Lewi lainnya ditetapkan untuk menolong imam dalam tugas di Bait Allah dan mengajar umat Allah tentang firman-Nya.


Dalam silsilah suku Lewi, tersirat kisah-kisah keberhasilan maupun kegagalan. Misalnya, Nadab dan Abihu, anak-anak Harun (3). Mereka gagal dalam menaati Allah, kemudian dibakar oleh api (lih. Im 10:1-2). Namun, ada juga Pinehas, cucu Harun (4). Ia bersikap patriotik dan setia kepada Allah di tengah penyembahan berhala orang Israel terhadap Baal Peor (lih. Bil 25:7-9). Tujuan penulis dalam memasukkan nama-nama itu ke dalam silsilah adalah untuk menasihati pembaca agar mereka menaati Allah dalam seluruh aspek hidup mereka.


Demikian juga dengan Samuel dan keturunannya (28-30). Ia mendengarkan panggilan Tuhan sejak kecil dan setia sampai akhir hidupnya. Yoël, anaknya dan Heman, cucunya pun melayani Tuhan dengan setia (lih.6:33).


Kesetiaan iman menjadi tanggung jawab setiap pribadi di hadapan Allah. Nama-nama dalam silsilah dituliskan untuk mengingatkan generasi selanjutnya tentang bagaimana orang-orang yang pernah hidup sebelumnya menjalani kehidupan imannya, sehingga generasi selanjutnya itu dapat memetik kebenaran dari teladan yang ditinggalkan.


Dalam kehidupan orang percaya, kita menemukan adanya orang-orang yang taat kepada Allah dengan sepenuh hati, tetapi juga ada orang-orang yang gagal menaati Allah. Bahkan, dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu keluarga, kita juga menemukan adanya orang tua yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah, tetapi anak-anak mereka memberontak. Demikian juga sebaliknya. Nyatalah, hidup bagi Allah adalah dasar bagi kita untuk meninggalkan jejak yang dapat diikuti oleh generasi berikutnya. [PMS]

(Renungan Santapan Harian Edisi Selasa 1 Agustus 2023)

FIRMAN YANG TAK BOLEH DITAMBAH (AMSAL 30:1-16)

Kita, orang Kristen, sering lupa betapa berharganya firman Allah. Nas kita hari ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai firman. Nas har...